Novel Konoha HIden Chapter 2 - YUKKIMURA. BLOGS

Latest

Senin, 25 April 2016

Novel Konoha HIden Chapter 2




KEHIDUPANNYA SEHARI-HARI

 

 KA! KA! KA!


Sebuah suara yang membelah udara terdengar ramah di telinga Tenten. Tenten sedang berada di tempat latihannya seperti biasa, melakukan gerakan seperti biasanya, melakukan metode latihan seperti biasa pula.

 

Namun perasaannya terasa sedikit berbeda dari biasanya.

 

"Hadiah pernikahan. Huh.."

 

Sambil bergumam Tenten mengangkat kembali kunai yang berada di tangannya, melempar kunai itu pelan.

 

KA!

 

Suaranya kembali terdengar. Kunai itu kemudian bersarang di tengah-tengah 'tanda sasaran' yang disiapkan untuk latihan. Benar-benar keahlian melempar yang hebat!

 

Tetapi untuk seorang yang terlatih memakai senjata seperti Tenten, mengenai target dalam posisi berdiri dan tak bergerak secara tepat adalah hal yang biasa-biasa saja. Hal yang mudah.

 

Tenten biasa keluar rumah untuk berlatih sebelum dia memakan sarapannya.

 

Dihari ketika dia sedang bebas misi, dia selalu melakukan kegiatan ini. Dia pergi latihan di waktu sangat pagi, berlatih dengan kunai dan shuriken untuk 'memanaskan' tubuhnya. Setelah itu dia baru akan memakan sarapannya.

 

Bagaimanapun juga, dia selalu memakan sarapannya di tempat latihan. Menu sarapan Tenten biasanya berupa bakpao isi daging yang dijual di toko terdekat, sedangkan minumnya adalah teh hijau.

 

"Apa yang harus aku lakukan?" Tenten bergumam lagi, sekali lagi menggerakkan tangannya, membuat tangannya dalam mode melempar.

 

KA KA KA!

 

Segenggam shuriken yang melayang dari tangannya pada waktu itu dengan sempurna mengelilingi kunai dan menancap pada titik sasarannya.

 

Lagi-lagi dia menunjukkan 'skill'nya dengan mudah dan sederhana. Bahkan jika dilakukan dengan mata tertutup-pun.

 

Tetapi ini bukanlah hal yang mudah untuk tenten sendiri.

 

Tingkat keahlian membidik sasaran dalam prakteknya merupakan hal yang wajar bagi orang yang menyebut dirinya "Shinobi" berpengalaman dan terlatih.

 

Faktanya, hal ini adalah pelajaran awal yang harus dikuasai oleh murid setelah mereka masuk ke akademi ninja. Ini juga adalah keterampilan umum bagi murid-murid yang berasal dari 'keluarga ninja' terkenal, orang tua atau saudara mereka tentunya sudah mengajari mereka keterampilan ini sebelum masuk akademi.

 

Lebih sederhananya, apa yang sedang dilatih Tenten saat ini sebenarnya adalah teknik ninja paling dasar.

 

Jika kau bertanya pada Tenten mengapa dia masih berlatih teknik dasar semacam ini, hal itu dapat dijawab karena dia mendapat pengaruh dari gurunya - Guy, dengan kata-kata ini:

 

"Seseorang yang mengabaikan dasar-dasar mereka, tidak akan dapat melihat hari esok."

 

Itu adalah kata-kata pertama yang diucapkan Guy saat mulai melatih Tenten.

 

Kata-kata itu meninggalkan kesan yang luar biasa kepada 'Tenten muda'. Lee yang saat itu sedang berdiri di samping Tenten juga ikut terharu, dia mulai menangis dan tentu saja tingkah Lee ini langsung merusak momen ini.

 

Tetapi Tenten masih menanamkan ajaran gurunya di lubuk hatinya. Dia terus berlatih dengan rajin tentang 'dasar-dasar' itu, bahkan sampai hari ini.

 

Pada mulanya, Tenten bukanlah ninja yang dapat menguasai berbagai jenis jutsu dalam skala besar.

 

Dulu, ketika dia menunjukkan bakat pada teknik Jikkukan no Jutsu.. kontrol chakranya ternyata malah lebih buruk daripada ninja yang lain. Dari awal dia menyadari bahwa dia tidak akan pernah menjadi tipe ninja yang bisa menguasai jutsu-jutsu yang rumit ataupun jutsu berskala besar.

 

Akan tetapi bukan berarti karena dia mengetahui hal itu dari awal lantas Tenten akan mundur dan menyerah untuk menjadi seorang kunoichi yang kuat dan hebat. Dia tidak mempunyai pola pikir yang lemah seperti itu.

 

Dalam kasus Tenten ini, memang lebih baik kalau dia sudah menyadari kelemahan dan kelebihannya di awal. Karena lebih cepat Tenten tahu batasannya.. Dia akan bisa mulai memikirkan bidang apa yang paling cocok dan terbaik untuknya untuk menjadi seorang ninja, walaupun itu akan menimbulkan kegelisahan di dalam pikirannya.

 

Ketika dia menemukan jawabannya, dia bisa secepatnya mundur dari 'jalannya' dan mengikuti alurnya dengan sepenuh hati.

 

Jawaban yang ditemukan Tenten adalah: Spesialis persenjataan Ninja.

 

Menangani senjata ninja seperti kunai dan shuriken adalah hal yang umum bagi orang yang menyebut dirinya "shinobi". Tetapi untuk spesialis persenjataan ninja sendiri, belum ada seorangpun yang benar-benar menguasainya dengan mahir.

 

Alasan ini pula yang membuat Tenten jadi menekuni bidang ini. Tidak perlu dikatakan bahwa tujuannya adalah menjadi lebih mahir daripada shinobi lain ketika menggunakan senjata ninja.

 

Dia juga melatih dirinya bertarung menggunakan senjata yang jarang digunakan oleh kebanyakan ninja. Senjata yang tidak akan dikenal oleh ninja lain, senjata yang beraneka-ragam jenisnya.


 


Tenten melupakan jika dirinya sebenarnya memiliki sebuah 'jalan' yang unik.

 

Ketika Tenten mulai putus asa, alasannya untuk bangkit lagi mungkin adalah karena gurunya - Guy dan teman satu teamnya - Lee dan Neji. Mereka sudah membawa pengaruh besar dalam hidup Tenten.

 

Nama Guy dikenal sebagai pengguna Taijutsu terbaik di desa. Lee sangat mengaguminya, berlatih keras untuk bisa menjadi sepertinya. Dan Neji selalu dipanggil "Genius" kerena Juken yang telah dikuasainya, Neji juga berasal dari klan terkenal, Klan Hyuga.

 

Tenten telah banyak menghabiskan waktunya bersama mereka, berlatih bersama mereka, kadangkala bertarung dengan mereka dan memperoleh dasar-dasar taijutsu yang luas. Pada dasarnya, sebelum shinobi memulai Ninjutsu dan Genjutsu, Taijutsu adalah dasar yang harus dicapai.

 

Tenten berlatih taijutsu dengan ekstrim di bawah bimbingan Guy dan dia berhasil melakukannya dengan baik. Neji dan Lee.. Keduanya terus belajar dan berlatih bersama tenten namun Tenten akhirnya menyadari bahwa dia tidak bisa mencapai tingkat stamina dan kekuatan fisik yang sama dengan kedua teman satu timnya itu.

 

Tim Guy memiliki pamor sebagai pengguna Taijutsu terbaik di seluruh wilayah Konoha. Dengan berlatih dibawah bimbingan Guy, bertarung dengan Neji dan Lee.. Level Tenten telah mencapai sebuah titik dimana Taijutsunya lebih unggul dibandingkan shinobi lain, selain teman satu timnya.

 

Ditengah-tengah latihan yang sudah dia jalani selama ini, peranan Tenten tidaklah membantu, tanpa disadari dia membandingkan dirinya dengan Lee atau Neji. Bahkan.... Guy.

 

Dia adalah orang paling payah di dalam timnya.

 

Pikiran itu selalu mengganggu Tenten setiap kali dia sedang latihan.

 

Akan tetapi pikiran itu juga memacunya ke dalam 'jalan' yang unik.

 

Guy dan teman-teman satu teamnya bisa menghancurkan batu besar dengan memukulnya menggunakan tangan kosong. Tenten tidak punya kemampuan ini, sehingga dia berpikir keras untuk bisa melakukan hal yang sama dengan tangannya sendiri.

 

Itulah kenapa, dia mempersenjatai kedua tangannya dengan kunai.

 

Sehingga dia bisa sama dengan Lee dan Neji, berjalan disisi mereka.

 

Lambat laun, Tenten mengasah kemampuannya dalam jutsu Jikkukan, dan belajar mengkuchiyose berbagai jenis senjata ninja yang tak ada habisnya menggunakan gulungan.

 

Sejak saat itu, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk mempelajari berbagai macam senjata. Tenten telah sepenuhnya menjadi ninja ahli persenjataan yang mengagumkan. Dia melihat senjata di tangannya berkali-kali, dan mengagumi kesederhanaan senjata-senjatanya yang menurutnya indah.

 

Kembali ke saat-saat ketika masih di Akademi, teman-teman perempuan di kelasnya berkata jika kunai itu sederhana dan membosankan. Mereka tidak memahami suatu hal. Justru karena kunai itu terlihat sederhana dan membosankan maka benda ini justru terlihat sangat menarik.

 

Tenten tidak mengatakan pandangannya saat itu, tetapi jika saat itu 'Tenten muda' adalah dirinya yang sekarang maka dia akan mengatakannya. Tenten yang sekarang terus menerus berlatih untuk mencapai tujuannya.. Bagaimanapun juga dia ingin menjadi master paling hebat dalam persenjataan ninja. Dia benar-benar mencurahkan pikirannya pada persenjataan ninja lebih dari siapapun.

 

Bahkan pisau yang paling kasarpun memiliki segi keindahan.

 

Ninjutsu dan Genjutsu, bahkan Taijutsu.. Tidak ada satupun yang akan menang melawan keindahan persenjataan ninja.

 

Tentunya, ketika dia ingin mengatakan pandangannya, bukan berarti Tenten akan menyampaikan ceramah tak berguna pada orang-orang soal itu.

 

Dia mengekspresikan pikirannya melalui tindakan, bukan melalui kata-kata. Melihat kunainya melukai targetnya misalnya.. Menurut Tenten ini adalah hal yang lebih baik daripada sekedar penjelasan. Begitulah pandangan Tenten.

 

Tetapi dia harus memastikan jika tujuannya ini benar-benar bermutu atau itu hanya akan jadi hal yang sia-sia. Itulah kenapa Tenten tak pernah melewatkan satu haripun untuk melatih kembali 'dasar-dasarnya'. Setiap hari, dia mengasah senjatanya dengan tenang, menyiapkan senjata itu untuk latihan.. Dan untuk menyerang targetnya.

 

Lee dan Neji... Tenten melihat kerja keras dan bakat mereka dengan lebih jelas daripada siapapun. Mereka adalah alasan Tenten untuk berusaha lebih keras dalam latihan. Tak peduli seberapa kuat mereka berdua, Lee dan Neji juga tak pernah mengabaikan 'dasar-dasar'nya.

 

Itulah mengapa......

 

Walaupun keterampilan dasar adalah hal yang bisa dilakukan oleh semua orang.. Yang bisa dilakukan dengan baik oleh semua orang selama mereka memiliki insting yang bagus walaupun mereka tidak melatihnya dengan giat. Meskipun demikian, Tenten tetap melatihnya, puluhan... Ribuan kali. Mengulang gerakannya lagi dan lagi.

 

Tubuhnya, tangannya, bahkan ujung-ujung jarinya dipakainya untuk berlatih dan berlatih. Membangkitkan naluri Ninjanya selangkah demi selangkah.

 

Pada pertempuran yang sesungguhnya, 'tanda-tanda sasarannya' tidak hanya akan berdiam dan menunggu dengan sabar, Tenten tidak akan merasa nyaman kalau tujuannya berhenti di tengah jalan. Jika kau berhenti.. Kau akan mati.

 

Tenten selalu memulai latihannya dengan melempar kunai ke tengah-tengah tanda sasarannya.

 

Dia akhirnya melempar Kunai ratusan dan ratusan kali. Mengulangi gerakannya dengan lebih.. Lagi dan lagi. Dan dia akhirnya....

 

Akhirnya, bahkan ketika targetnya bergerak pada gerakan yang rumit. Dengan cepat dia bisa merasakan seakan-akan mereka tak bergerak. Kunai dan shuriken berterbangan dari tangannya, menancap pada targetnya. Seolah-olah 'tanda sasaran' di arena berlatihnya itu 'memanggil' senjata-senjata itu.

 

Untuk mempraktekan keterampilan dasar secara konstan, keterampilan yang bahkan bisa dilakukan oleh semua orang... Setiap hari, tanpa melewatinya sekalipun, mengulanginya lebih dan lebih lagi.. Dedikasi inilah yang sebenarnya tidak dapat dilakukan oleh setiap orang. Dunia bisa melihatnya.

 

Dan juga dedikasinya dalam berlatih akhirnya memetik hasil. Skillnya meningkat dalam bidang ini. Sehingga jika kau bertanya pada mereka, rekan-rekannya.. soal siapa pengguna persenjataan terhebat.. Mereka akan segera menjawab, "Sudah jelas. Itu Tenten."

 

Itu semua adalah hasil yang wajar dari kerja kerasnya. Tetapi ini juga bukanlah hal yang membuatnya terlalu senang. Tentu dia merasa bangga karena hal ini. Namun sekarang, mencurahkan segenap dirinya dalam bidang persenjataan ninja adalah sesuatu yang menyebabkannya sedikit kesusahan.

 

"Ah.. Ini.. Aku tak bisa memikirkan apapun!"

 

Bunyi-bunyian yang bising berdebak. 'ZUGAGAGAGA' menyertai suara Tenten yang mengusik. Segerombolan shuriken terpelanting kearah targetnya. Suara berisik menggema di arena latihan yang kosong. Dia dikelilingi oleh target yang tertutup kunai-kunai dan shuriken-shuriken. Tentunya, tak ada satupun yang akan melenceng.

 

Ketika pertama kalinya mendengar soal Kado pernikahan. Dia segera berpikir 'baiklah aku akan memberi mereka kunai yang akan aku pesan secara khusus!' .

 

Dia sudah memutuskan hal itu. Puas dengan keputusannya. Namun semua harus berakhir saat itu juga.

 

Akan tetapi. Malam itu....

 

Tenten sedang berbaring di tempat tidurnya, melihat lesu ke arah langit-langit. Dia sudah terkantuk-kantuk, ketika sebuah pikiran tiba-tiba tercetus:

 

"Selain kunai. Apakah ada hadiah bagus lainnya?"

 

Tenten syok ketika dia tidak bisa segera memikirkan apapun. Dia menghabiskan sisa malam itu dengan gelisah dan semakin gelisah karena tak kunjung mendapatkan jawaban.

 

Terima kasih, karena hal inilah malam ini dia tidak bisa tidur sama sekali.

 

Menguap dengan lebar, Tenten kemudian melangkah kedepan untuk mengumpulkan kunai dan shuriken yang tertancap pada target-targetnya.

 

Ada banyak tonggak pertahanan terdapat pada arena latihan yang sering dikunjungi Tenten. Beberapa diantaranya berbentuk tinggi dan mirip dengan manusia pada umumnya. Pengguna yang lainnya sering memakai tonggak ini sebagai sarana berlatih Taijutsu, untuk menendang dan meninju. Tenten sendiri menggunakan tonggak ini untuk mengikat target yang dia bawa.

 

Dia mendekati target, dengan kuat dan cepat mencabuti kunai yang tertancap di masing-masing target. Terus melakukannya hal yang sama pada target-target yang lain. Otaknya didera dengan pikiran yang sama setiap waktu.

 

Dia tidak lagi berpikir kalau akan membeli senjata untuk kado pernikahan. Kunai atau semacamnya. Fokusnya pada latihan mengesampingkan pikiran itu.

 

Jika kau bertanya pada Tenten soal peralatan ninja yang akan dijadikan hadiah, maka dia akan mengatakan kalau hadiah tersebut merupakan hal yang menyenangkan untuk diterima.

 

Jadi.. Tentunya setiap orang pasti mengira bahwa hadiah yang akan diberikan Tenten pada Naruto-Hinata adalah juga senjata Ninja. Tidak ada yang aneh soal itu.

 

Tapi.. Lihat! Tunggu! Apakah hal tersebut bisa diprediksi dan juga merupakan hal yang lumrah?

 

Sejak tadi malam, untuk satu alasan atau selebihnya.. Pikiran itu terus terngiang dikepalanya. Sesuatu di dalam diri seolah sedang menggerutu kepadanya.

 

Jadi.. Apa yang sebenarnya mengganggunya? Toh kenyataannya dia sudah tahu jawabannya?

 

"Pernikahan... Huuh! Baiklah.. Itu adalah hal yang menyenangkan."

 

Tenten menghembuskan nafasnya, mencondongkan diri dan bersandar di salah satu tonggak itu. Tangan-tangannya dengan tenang memainkan kunai yang telah dia kumpulkan.

 

Hal ini begitu mengusiknya. Naruto dan Hinata akan segera menikah. Ini adalah peristiwa yang sangat membahagiakan.

 

Tenten sendiri terlalu fokus pada kunai atau shuriken atau cakram berantai sehingga dia tidak pernah punya pacar. Karena terlalu asyik dengan dunianya, dia sampai tidak pernah memikirkan soal percintaan dan kefeminiman. Mendengar seseorang yang dekat dengannya akan segera menikah, mendadak membuat pikirannya terusik, terus berputar-putar di pikirannya, pikiran itu menolak untuk pergi.

 

Apa dia benar-benar baik-baik saja dengan situasi yang seperti ini?

 

Dari pagi hingga petang, selalu.. Senjata ninja.. senjata ninja.. senjata ninja... Apakah benar-benar tidak apa-apa kalau seorang wanita muda menjadi seperti itu?

 

Karena pada kenyataannya, Tenten telah jatuh cinta pada pandangan pertama kepada senjata ninja.. Cakram. Dia hanya mendengar nama senjata itu sebelum dia memutuskan untuk menyukainya. Kemudian dia pergi dan membawanya. Tapi baiklah.. Bagaimana bisa? Mengapa tidak?

 

Dan fashion terbaru favoritnya sudah pasti aksesoris sejenis gelang. Itu adalah alat yang bisa membungkus pergelangan tanganmu. Dan dengan sekali tarik akan menggelar sebuah gulungan kuchiyose senjata secara instan. Kau bisa melakukan pembunuhan dimanapun, kapanpun. Alat ini adalah teknologi canggih terbaru.

 

Tapi.. Apakah benar-benar baik baginya jika dia terus-terusan seperti itu?

 

Koleksi senjatanya yang banyak dan bervariasi bahkan cukup untuk membuka toko persenjataan kalau dia mau. Tapi entah bagaimana dia akan selalu membeli kunai baru sebelum dia menyadari apa yang dia lakukan.

 

Kunai benar-benar merupakan dasar dari persenjataan ninja. Tenten memiliki feeling yang kuat pada kunai-kunai itu. Dia telah mengkoleksi senjata-senjata yang umum ataupun senjata yang langka. Tetapi di ujung hari ini, kunai selalu menjadi yang terbaik. Dia juga telah mengkoleksi berbagai tipe kunai, mulai dari kunai biasa sampai kunai yang langka.

 

Baiklah. Itu tidaklah menjadi masalah bukan? Kau bahkan tak pernah mempunyai kunai yang terlalu banyak.

 

Pertama, ada beberapa kunai langka dengan beberapa ukiran di atasnya. Dia tidak bisa membawanya di dalam misi. Kunai-kunai itu adalah hasil dari sebuah karya seni. Lebih baik memajang kunai itu di rumahnya. Namun karena kunai tersebut ada di rumah, dia akhirnya harus membeli kunai baru untuk perlengkapan misi, karena jika dia kehabisan kunai di tengah misi dia sendiri yang akan kerepotan.

 

Jadi.. Dia membeli banyak cadangan juga. Dan kemudian, baiklah, ketika dia berbelanja kunai. Yang terbaik memanglah apabila dia membeli banyak kunai dengan varietas yang berbeda-beda sekaligus untuk menghemat waktu bukan?

 

Itulah kenapa tanpa disadari banyak kunai koleksinya yang menggantung menutupi seluruh dinding rumah Tenten.

 

Dia benar-benar senang dengan itu, menatap dinding rumahnya itu dengan penuh kepuasan.. Dia berpikir 'Baiklah! Misi berikutnya aku akan mampu menghabisi semua targetku dengan lancar.'

 

Tapi.. Apa benar-benar tidak apa-apa.. jika Tenten seperti itu?

 

..... Ini bukanlah ide yang bagus.

 

Jika dia bertindak seperti itu, contohnya memberikan kunai-kunai yang dipesan secara khusus untuk kado. Tidak diragukan lagi orang-orang akan berkata seperti ini:

 

"Kunai... Lagi...?"

 

"Ya.. Memang begitulah Tenten."

 

"Semua tentang Tenten selalu berhubungan dengan kunai."

 

Gambaran yang akan dikatakan oleh orang-orang itu muncul dalam pikiran Tenten.

 

Hal itu membuatnya jengkel.

 

Aku bukan hanya seorang 'kunai woman', aku juga punya cakram berantai tahu! Kau salah! Itu bukanlah semua tentang aku!

 

Tenten mulai mengasah kunainya yang lain sambil merenung.

 

Jika dia bisa menemukan hadiah pernikahan selain Kunai yang dipesan secara khusus, sesuatu yang cocok dan elegan, kemudian..........

 

"Jadi.... Dirimu tidak selalu tentang kunai ya Tenten!"

 

"Wow! Seperti yang diharapkan.. Tenten!"

 

"Kau tahu? Tenten adalah seorang yang memiliki selera estetika seni yang bagus."

 

Reaksi-reaksi inilah kelihatannya bagus. Hadiah pernikahan apa yang sekiranya akan memunculkan reaksi orang-orang yang seperti itu?

 

Acara pernikahan sudah dekat, Tenten tentu telah mencoba pergi ke banyak tempat untuk menemukan hadiah pernikahan yang bagus. Dari 'toko serba ada' yang sudah dia datangi sebelumnya.. Dia pikir dia harus pergi kesana lagi dan menemukan pandangan yang bagus untuk hadiahnya.

 

"Uh.. Tetapi uangku terbatas."

 

Cakram itu juga mahal, tetapi cakram itu adalah salah satu benda bagus yang tidak bisa tak dibelinya.

 

'Jika kau ragu-ragu! Beli saja benda itu.' Itu adalah kebiasaan Tenten yang membuatnya akhirnya membeli berbagai macam senjata untuk koleksi besar-besarannya.

 

"Baiklah kemudian jumlahlah dana yang harus dikeluarkan." Tenten lalu menutup matanya, dan mencoba mimikirkannya secara detail.

 

Kenyataannya, pertama-tama dia harus mempertimbangkan uangnya dan juga mengatur keuangannya dengan tepat jika ingin membeli kado. Selanjutnya, sejak dia ingin memikirkan kado selain kunai dan memikirkan kado yang benar-benar berlawanan. Keadaan itu membuat tenten menyimpulkan kalau yang dia lakukan adalah sesuatu yang bagus.

 

Masalah ini juga yang membatasi pilihannya untuk hadiah pernikahan juga.

 

Tenten perlahan membuka matanya.

 

"Sesuatu yang bisa aku berikan dengan uang yang terbatas. Sesuatu yang menyampaikan perasaan seorang wanita muda, sesuatu yang tidak harus membunuh orang."

 

Itu akan menjadi.........!

 

"Aku tak punya ide soal itu."

 

Kondisi ini tidak baik, pikirannya sangat kacau. Dia bahkan tak mengerti apa yang akan dikatakannya lagi.

 

Kunai ditangannya yang diasah secara tidak sadar bukannya jadi mengkilap namun malah jadi pudar. Dia tidak memperhatikan kalau dia sudah melakukan pekerjaan yang buruk.

 

Selain memikirkan senjata ninja.. Tenten juga berpikir jika dia adalah wanita yang belum menikah dan hal ini membuatnya merasa ngeri. Jika dia tidak melakukan sesuatu. Dia akan.............

 

Harus ada suatu hal, hal yang lain atau tidak adakah sesuatu?

 

Dan saat itu --

 

"Tenten...!! Teenteen!!"

 

Dia mendengar seseorang memanggil namanya dari kejauhan. Orang yang bersuara itu makin lama makin dekat. Tenten sudah tau siapa orang itu bahkan sebelum dia tiba ke arena latihan itu. Orang yang mau repot-repot berlari dengan suara macam itu di waktu pagi sekali begini sudah pasti itu Lee.

 

Tapi, ketika Lee akhirnya sampai ke arena latihan, Tenten terbelalak melihat penampilan Lee.

 

"Tenteeeen!!" Lee melambaikan dengan penuh semangat, dia tersenyum sambil berlari. "Sudahkah kau membuat keputusan untuk kado ulang tahun?"

 

"Lee..!!" Tenten meledak-ledak. "Kau ini apa-apaan?"

 

Tidak diragukan lagi, Lee berpakaian seperti wanita.

 

Ibu rumah tangga tepatnya. Dia bahkan sudah sejauh ini.. Mengenakan celemek diluar gaunnya. Dia nampak seperti ibu-ibu rumah tangga di abad pertengahan yang baru saja pulang berbelanja.

 

Make up macam apa yang sudah dia pakai di wajahnya? Dia memakai bedak yang terlalu tebal, seluruh wajahnya terlihat pucat tidak wajar. Dan apakah corengan merah yang ada di bibirnya itu? Apakah itu lipstick? Dia bahkan membuat alisnya tampak tebal. Tidak.. Tidak! Memang kalau di pikir-pikir lagi alisnya sudah tebal dari dulu.. Tetap sama.

 

Tetap saja.. Penampilan Lee yang mendadak dan tak terduga itu membuat Tenten tidak paham.

 

Ngomong-ngomong tidak ada yang aneh yang mencengangkan dari penampilan Lee saat ini. Jika bukan tenten, tapi orang yang tidak mengenal Lee.. Mereka mungkin akan berteriak saat melihat penampilan Lee saat ini.

 

Yang terpenting, untuk beberapa alasan.. Lee membawa ‘Dumbbell’ di salah satu tangannya.

 

Ini yang tidak bisa dimengerti. Pada masalah ini, ini bukanlah hal yang membingungkan.. Tetapi malah jadi hal yang menakutkan.

 

"A-apa ini? Apa-apaan kau ini?"

 

"Ini untuk pengantin wanita, sedangkan guru Guy mendapatkannya untuk pengantin laki-laki!" Lee menjawabnya dengan semangat yang meluap-luap. Tergetar dalam kegembiraan. "Dan bajuku kotor karena aku tadi lari-lari, jadi ku rasa aku harus mendengarkan ajaran guru Guy dan berpikir mendalam soal perasaan pengantin wanita! Jadi aku berpakaian seperti ini! Dan setelah melakukan ini semua aku benar-benar super yakin kalau ‘Dumbbell’ pasti pilihan yang benar-benar tepat."

 

"Kau memberiku penjelasan tapi aku sama sekali tak mengerti satupun." jawab Tenten.

 

Pada nyatanya dia malah menjadi lebih bingung.

 

Kenapa harus memakai baju lawan jenis?

 

Kenapa ‘Dumbbell’?

 

Ini semua sangat-sangat aneh.

 

Lee mengangkat keatas ‘Dumbbell’nya dan dengan penuh keceriaan menyatakan:

 

"Guru Guy dan aku telah memutuskan untuk memberikan ‘Dumbbell’ sebagai hadiah pernikahan. Tenten, kau akan memberikan mereka hadiah apa?"

 

Sekejab, kekalutan di dalam diri Tenten terhapuskan.

 

Dia tidak mengerti dan belum mengerti. Dia tidak paham kenapa Lee akhirnya memakai pakaian Ibu rumah tangga? Tetapi Tenten mengerti. Lee dan Guy.. Keduanya berniat membawa ‘Dumbbell’ sebagai hadiah pernikahan.

 

Dan saat itu, sesuatu yang dia khawatirkan medadak memudar. Pikirannya terasa jernih, sepertinya 'kabut' dalam pikirannya telah lenyap.

 

"Aku datang kesini untuk memastikan jika hadiah pernikahanmu tidak sama dengan kami." Lee menjelaskan dengan lipstick yang belepotan di bibirnya.

 

"Tidak! Sama sekali tak sama." Tenten menjawab dengan muka datar.

 

"Ah! Jadi begitu ya? Aku senang! Lalu aku akan segera meneruskan latihanku."

 

"Dengan penampilan seperti itu?"

 

Tenten gagal menjaga mukanya agar tetap datar. Jika menyangkut kekonyolan Guy dan Lee tidaklah mungkin bagi Tenten terus bersikap seperti itu.

 

Dia melihat Lee berlari keluar dari area latihan dengan energi yang sama.

 

Tenten meregang dan sedikit merintih.

 

Dan dengan itu.........

 

"Kunai khusus. Baiklah!"

 

Dia tidak ragu lagi. Sekarang dia jadi sangat percaya diri.

 

Apa lagi yang harus dikhawatirkan? Dibandingkan ‘Dumbbell’, hadiah tenten itu lebih keren.

 

Dia merasa lega.

 

Akhirnya dia merasa baik-baik saja dengan cara yang dia jalani.

 

"Karena semuanya sudah baik-baik saja saatnya kembali latihan, latihaaan~ "

 

KA!

 

KA!

 

KA!

 

Suara mengasyikan terdengar dari senjata-senjata yang menghantam targetnya.

 

Arena berlatih yang biasanya, target-target yang biasanya, metode latihan seperti biasa.

 

Dan perasaannya yang biasa.

 

Itulah kehidupan sehari-hari Tenten.

 

Lanjut Chapter 3 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar